Stressering
dialami banyak orang karena gaya hidup masa kini yang serba cepat. Dengan cara
yang sederhana, Stress dapat didefinisikan sebagai keadaan mental yang
diakibatkan dari ketegangan. Hal ini dapat dialami oleh pria maupun wanita.
Tapi wanita lebih lelah ketika mereka menghadapi situasi stres.Stress berlebihdapat menyebabkan kondisi mental lainnya seperti
kecemasan dan depresi.
Dalam sebagian besar
kasus,perempuan
menderita stressberlebih karena mereka melaksanakan peran ganda pada saat
yang sama, seperti mengelola pekerjaan, keluarga, dan keuangan. Keputusan untuk mengambil 2 peran
berbeda yaitu di rumah tangga dan di tempat kerja tentu diikuti dengan tuntutan
dari dalam diri sendiri dan masyarakat. Tuntutan dari diri sendiri dan sosial
ini menyerukan hal yang sama yaitu keberhasilan dalam dua peranan tersebut.
Idealnya memang setiap wanita bisa menjalani semua peran dengan baik
dan sempurna, namun ini bukanlah hal mudah. Banyak wanita berperan
ganda mengakui secara operasional sulit untuk membagi waktu bagi urusan rumah tangga
dan urusan kantor (Izzaty,1999). Dalam Hurlock (1992) bahwa wanita tidak
menyukai kalau harus melaksanakan beban tugas ganda, satu tugas dalam dunia
perkantoran dan satu lagi tugas rumah tangga. Wanita merasa bersalah karena
menolak tugas rumah tangga, contohnya dari sekian banyak tugas rumah tangga
hanya tugas merawat anak yang dapat dilakukan atau bahkan tugas ini dilakukan
oleh baby sitter. Akibatnya bagi wanita pekerja, maka kehidupan rumah tangga
merasa tidak memuaskan.
Analisis:
Wanita memiliki stressor yang lebih
tinggi dalam kehidupan sehari hari. Selain sebagai ibu rumah tangga yang harus
mengurus anak, membersihkan rumah saja sudah menjadi suatu stress tersendiri
bagi mereka, apalagi untuk ditambah sebagai wanita kantoran yang mengurus
pekerjaan kantor dan bisa pulang hingga larut malam yang membuat kelurga merasa
tidak memuaskan karena pekerjaan sebagai ibu rumah tangga tidak sempat
dikerjakan. Hingga akhirnya memakai jasa baby sitter yang di satu sisi memang
membantu namun memakai jasa tersebut hanya menambah pengeluaran yang cukup besar.
Di tahun 1990, dua
Psikolog, Peter Salovey dan John Mayer mengeluarkan istilah kecerdasan emosi
atau EI. Hal ini mengacu pada keempat keterampilan yang saling berhubungan:
kemampuan untuk melihat, menggunakan, memahami dan mengelola atau mengatur
emosi—milik kita sendiri atau orang lain—sehingga dapat mencapai tujuan.
Kecerdasan emosi memungkinkan individu untuk memanfaatkan emosi untuk
menghadapi lingkungan sosial secara lebih efektif. Hal ini membutuhkan
kesadaran mengenai tipe-tipe perilaku yang sesuai dalam suatu kondisi sosial.
untuk mengukur
kecerdasan emosi, psikolog menggunakan tes kecerdasan emosi
Mayer-Salovey-Caruso (MSCEIT) (Mayer, Salovy, & Caruso, 2002), tes
berdurasi 40 menit untuk menjawab pertanyaan dari tes tersebut yang
menghasilkan skor untuk setiap kemampuan tersebut, sebagai nilai total.
Kecerdasan emosi
berdampak pada kualitas hubungan personal. Studi menemukan bahwa mahasiswa yang
mendapat nilai tinggi pada MSCEIT melaporkan cenderung lebih memiliki hubungan
yang posisitf dengan orang tua dan teman-temannya, sedangkan mahasiswa yang
memiliki nilai yang rendah pada MSCEIT melaporkan terlibat dalam penggunaan
obat-obatan terlarang dan mengonsumsi alcohol berlebihan, dan tema-teman dekat
mahasiswa yang memiliki nilai tinggi dalam MSCEIT menilai sebagai orang yang
cenderung lebih memberikan dukungan emosional seetiap saat jika diperlukan.
Pasangan mahasiswa yang keduanya memiliki nilai tinggi pada MSCEIT memiliki
hubungan yang membahagiakan, saat pasangan yang nilainya rendah tidak
berbahagia.
Kesehatan mental
Berdasarkan orientasi
penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang
untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan
kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal
dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada
di sekitarnya.
Orang dewasa paruh
baya lebih mungkin mengalami distress psikologis serius: kesedihan yang
berlebihan, rasa gugup, putus asa, dan rasa tak berharga sepanjang waktu dari
pada orang dewasa yang lebih muda atau yang lebih tua. Individu dewasa dengan
tekanan psikologis yang serius lebih mungkin dibandingkan sebayanya didiagnosis
menderita penyakit jantung, diabetes, artritis atau stroke dan melaporkan perlu
bantuan di kehidupan sehari-hari seperti mandi dan berpakaian.
Dalam studi
nasional yang luas dari perempuan usia paruh baya, sekitar 1 dari 4 menunjukkan
gejala depresi. Sebagaimana studi sebelumnya, prevalensi tertinggi terjadi
diantara perempuan Afro Amerika dan Hispanik Amerika dan terendah terjadi
diantara perempuan china amerka dan jepang amerika. Perbedaan SSE dan factor
berisiko lainnya mungkin menjelaskan kesenjangan ras/etnis tersebut. perempuan
yang kurang berpendidikan dan memiliki kesulitan memenuhi kebutuhan dasar lebih
mungkin memiliki gejala depresi. begitu juga, mereka yang menyebut kesehatan
mereka buruk atau cukup dan ada yang menyebut mereka berada dibawah tekanan
atau kurang mendapatkan dukungan sosial dan factor-faktor tersebut jauh lebih
penting dibandingkan tanda yang nyata dari SSE.
Kesehatan mental
seseorang sangat berpengaruh dalam kecerdasan emosinya. Pepatah kuno Solomon, “
Hati yang riang adalh obat yang baik”, menjadi acuan bagi penelitian setiap
saat. Emosi negative seperti kecemasan dan putus asa sering kali dihubungkan
dengan kesehatan fisik dan mental yang buruk, dan emosi positif seperti
harapan, dihubungkan dengan kesehatan yang baik dan kehidupan yang lebih lama.
Karena otak berinteraksi dengan semua system biologis tubuh, perasaan dan
kepercayaan berpengaruh terhadap fungsi tubuh, termasuk fungsi system imun.
Suasana hati negative rupanya menahan fungsi system imun dan meningkatkan
kerentanan pada penyakit, suasana hati yang posisitf tampaknya mempertinggi
fungsi imun.
Referensi :
Feist, G. J., &
Feist, J. (2010). Theories of personality 7th ed. Jakarta: Salemba Humanika
Papalia, D. E., &
Feldman, R. D. (2014). Experience human development 12th ed.
Wolpe (dalam Corey,
2007) mengungkapkan bahwa teknik desensitisasi sitematis merupakan salah satu
teknik perubahan perilaku yang didasari oleh teori atau pendekatan behavioral
klasikal. Perhatian behavioral adalah pada perilaku yang nampak, sehingga
terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik dan prosedur yang
berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip belajar secara
sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih adaptif.
Menurut sejarah teknik
desensitisasi sitematis, Corey (2005) mengemukakan tentang latar belakang
teknik ini melihat bahwa rasa takut dipelajari lewat pengkondisian, demikian
juga sebaliknya rasa takut dapat dihilangkan lewat pusat
pengkondisiannya. Desensitisasi sistematis dikembangkan dalam tradisi
behavioristik pada awal tahun 1950 oleh Joseph Wolpe. Asumsi dasar teknik ini
adalah respon ketakutan merupakan perilaku yang dipelajari dan dapat dicegah
dengan menggantikan aktivitas yang berlawanan dengan respon ketakutan tersebut.
Respon khusus yang dihambat oleh proses perbaikan (treatment) ini adalah
kecemasan-kecemasan atau perasaan takut yang kurang beralasan; dan respon yang
sering dijadikan pengganti atas kecemasan tersebut adalah relaksasi atau
penenangan. Prinsip dasar Desensitisasi adalah memasukkan suatu respon
yang bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksas.
Pengertian
Desensitisasi
Desentisasi yaitu
suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas seorang anak dengan jalan
memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi sedikit
rangsangan tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut atau cemas lagi
(Dalimunthe, 2009). Prosedur treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar
counterconditioning, yaitu respon yang tidak diinginkan digantikan dengan tingkah
laku yang diinginkan sebagai hasil latihan yang berulang-ulang. Teknis
desentisisasi ini sangat efektif untuk menghilangkan rasa takut atau fobia.
Prinsip macam terapi ini adalah memasukan suatu respon yang bertentangan dengan
kecemasan yaitu relaksasi. Pertama-tama subyek dilatih untuk relaksasi dalam,
salah satu caranya misalnya secara progresif merelaksasi berbagai otot, mulai
dari otot kaki, pergelangan kaki, kemudian keseluruhan tubuh, leher dan wajah.
Pada tahap selanjutnya ahli terapi membentuk hirarki situasi yang menimbulkan
kecemasan pada subyek dari situasi yang menghasilkan kecemasan paling kecil
sampai situasi yang paling menakutkan. Setelah itu subyek diminta relaks sambil
mengalami atau membayangkan tiap situasi dalam hirarki yang dimulai dari
situasi yang paling kecil menimbulkan kecemasan (Purnama, 2008)
Desentisisasi adalah salah satu tehnik yang paling luas di gunakan dalam terapi
tingkah laku. Desentisisasi sistematik di gunakan untuk menghapus tingkah laku
yng di perkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau
respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak di hapuskan itu. Dengan
pengkondisian klasik, responrespon yang tidak di kehendaki dapat di hilangkan
secara bertahap (Marfiati, 2009).
Prosedur Latihan Desensitisasi
Teknik desensitisasi
dipergunakan terutama untuk mengatasi rasa takut terhadap sesuatu, terutama
yang mengalami phobia (takut yang berlebihan atau tidak wajar). Teknik ini
mengandung unsur-unsur untuk mengajar bagaimana seseorang yang dihinggapi rasa
takut terhadap sesuatu, yang sebetulnya tidak perlu ditakuti, untuk dapat lebih
berani menghadapi hal yang ditakuti tadi. Teknik ini juga merupakan sesuatu
counter conditioning (melawan kondisi) untuk melawan rasa takut terhadap
sesuatu.
Langkah-langkah Relaksasi
1.Tarik nafas dalam-dalam dan tahan selama 10 detik kemudian
lepaskan. Biarkan lengan Anda dalam posisi di atas paha atas lepas begitu saja.
2.Angkat tangan Anda
kira-kira separuh sofa (atau pada sandaran kursi) kemudian bernafaslah secara
normal. Letakkan tangan Anda di atas sofa (kursi).
3.Sekarang pegang lengan
Anda lalu kepalkan dengan kuat. Rasakan ketegangannya dalam hitungan sampai
tiga dan pada hitungan yang ketiga letakkan tangan Anda. Satu…Dua…Tiga. Angkat
tangan Anda, kembali
4.Angkat tangan Anda
kembli, tekuk jemari Anda ke belakang ke arah lain ( ke arah tubuh Anda ).
Sekarang letakkan tangan Anda dan tenanglah.
5.Angkat tangan Anda
sekarang, letakkan kemudian rileks.
6.Angkat tangan Anda
sekali lagi, tapi saat ini tepukkan tangan Anda dan rileks.
7.Angkat tangan Anda.
8.Naikan tangan Anda di
atas sofa dan tegangkan otot bisep anda sampai bergetar. Bernafaslah normal,
lepaskan tangan anda dan rileks ( perhatikan perasaan tenang dan rileks yang
Anda rasakan).
9.Sekarang rentangkan
lengan anda dan tegangkan otot bisep anda. Yakinlah bahwa Anda bernafas normal
setelah itu rileks.
10.Lengkungkan pundak anda ke belakang, tahan dan yakinkan lengan
anda rileks.
11.Bungkukkan pundak anda ke depan, tahan dan yakinkan lengan anda
rileks.
12.Putar kepala Anda ke kanan, tegangkan leher anda lalu rileks dan
kembali ke posisi pertama.
13.Putar kepala Anda ke kiri, tegangkan leher anda lalu rileks dan kembali
ke posisi pertama.
14.Bengkokkan kepala sedikit ke belakang, tahan lalu kebali ke posisi
semula.
15.Tunduk kepala ke bawah sampai hampir menyentuh dagu menyentuh
dada, tahan kemudian rileks dan kembali ke posisi semula.
16.Buka mulut anda lebar-lebar kemudian rileks.
17.Tegangkan bibirmu dengan cara menutup mulut anda kemudian rileks
18.Letakkan lidah anda pada langit-langit mulut, tekan dengan keras
biarkan lidah anda kembali ke posisi semula dan rasakan perasaan tenang.
19.Letakan lidah anda di bagian dasar mulut, tekan ke bawah biarkan
lidah anda kembali ke posisi semula dan rasakan perasaan tenang.
20.Duduklah di sebelah sana kemudian rileks dan jangan memikirkan
apapun.
21.Untuk mengontrol luapan emosi, Anda dapat bernyayi dengan nada
tinggi, tidak terlalu keras! baiklah sekarang mulai bernyayi, tahan pada nada
tinggi tersebut kemudian rilek.
22.Menyanyilah dengan nada sedang dan buatlah pita suara anda
tegang kembali lulu biarkan rileks.
23.Menyanyilah dengan nada rendah dan buatlah pita suara anda
tegang kembali kemudian rileks.
24.Sekarang pejamkan mata anda erat-erat lalu bernafaslah normal
kemudian rileks. (perhatikan bagaimana perasaan sakit anda hilang ketika Anda
rileks).
25.Biarkan mata anda rileks dan biarkan mulut anda sedikit terbuka.
26.Buka mata anda lebar-lebar, tahan kemudian rilleks.
27.Kerutkan dahi anda sebisa mungkin, tahan kemudian rileks.
28.Tarik nafas dalam-dalam, tahan, hembuskan keluar kemudian rileks
(perhatikan perasaan lapang saat kamu menghembuskan nafasmu).
29.Bayangkan bahwa ada sebuah beban berat menarik seluruh otot anda
sehingga membuatnya lembek setelah itu rileks.
30.Tarik otot-otot perut bersamaan lalu rileks.
31.Tegangkan otot-otot anda seolah-olah Anda pegulat profesional.
Buatlah otot perut anda mengeras kemudian rileks.
32.Keraskan otot pantat anda, tahan kemudian rileks.
33.Sekarang kita beralih ke bagian atas dari tubuh anda yang tegang
kemudian rileks. Pertama otot-otot muka ( Jeda…3-5 detik ). Otot-otot
tenggorokan. ( Jeda …. 3-5 detik) daerah leher. (Jeda ….3-5 detik) bagian pundak.
(Jeda..) Lengan dan jari. 34. Pertahankan keadaan rileks ini, angkat kedua kaki
anda (kira-kira membentuk sudut 45) kemudian rileks.
34.Tekuk kaki bagian belakang sehingga ujung jari kaki mengarah ke
muka anda. Rileks
35.Tekuk kaki anda ke arah lain dari tubuh anda tidak terlalu jauh
rasakan ketegangannya, kemudian rileks.
36.Rileks! (Jeda). Sekarang lengkungkan jari kakimu bersamaan
sekuat mungkin, kemudian rileks. (Tenanglah sekitar30 detik).
37.Prosedur relaksasi formal ini telah lengkap. Sekarang perhatikan
tubuh anda dari ujung kaki sampai kepala bahwa setiap otot dalam keadaan rileks.
(Sebutlah satu persatu!).
Pertama jari-jari kaki,… kaki,… Pantat,…. Perut,… Pundak,…
Leher,… Mata,… dan
terakhir dahi. Semua harus dalam kadaan rileks. (tenang selama
10 detik). Berbaringlah di tempat lain dan rasakan perasaan tenang, perhatikan
kehangatan dari relaksasi tersebut. Pertahankan keadaan tersebut satu menit
lagi, kemudian hitung sampai lima. Ketika sampai lima, bukalah mata dan
rasakaan perasaan segar dan tenang. (tenang sekitar satu menit). Ulangi
prosedur ini beberapa kali sampai akhirnya Anda benar-benar merasakan perasaan
yang sangat tenang.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Desensitisasi
1.Menjelaskan apa dan
mengapa teknik desensitisasi diberikan pada klien, dengan maksud agar klien
yakin teknik ini dapat membantu menghilangkan ketakutannya.
2.Melakukan latihan
penenangan agar klien benar-benar dalam kondisi rileks.
3.Konselor menganalisis
kejadian-kejadian yang bersangkut paut dengan keadaan yang menjadikan klien
terlalu sensitif terhadap sesuatu, kemudian konselor melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Konselor membantu
menulis beberapa macam kalimat berkenaan dengan rasa takut klien pada sesuatu
dalam dalam bentuk daftar.
b. Menyusun dan melengkapi
daftar tersebut bersama klien.
c. Membantu klien
mengurut jenjangkan daftar tersebut dari yang paling kurang ditakuti sampai
kepada yang sangat ditakuti.
4.Menyelenggarakan
desensitisasi dengan cara sebagai berikut:
a. Klien disuruh duduk
dengan rileks.
b. Klien diminta
memejamkan mata.
c. Klien mengikuti instruksi-instruksi
konselor.
5.Melakukan evaluasi,
untuk mengetahui apakah klien benar-benar sudah dapat mengikuti latihan untuk
urut jenjang berikutnya
6.Tindak lanjut: Tindak
lanjut dapat dilakukan dengan mengulangi kembali urut jenjang sama bila klien
masih takut atau dapat melanjutkan ke urut jenjang berikutnya.
Daftar Pustaka:
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung: Refika Aditama
Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling &
Psychotherapy.7th ed. Belmont : Thomson Brooks/Cole