Carl
Roger merupakan tokoh Teori Kepribadian Humanistik, Ia Lahir di Illinois (1902
– 1988) Ia adalah salah seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia,
yang menekankan perkembangan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok
pertemuan, dan latihan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang agar
memiliki pribadi yang sehat. sejak kecil Ia menerima penanaman yang ketat
mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai
teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia masuk Teacher’s College di
Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih
gelar Ph.D. Rogers bekerja sebagai psikoterapis dan dari profesinya inilah ia
mengembangkan teori Humanistiknya. Dalam konteks terapi, ia menemukan dan
mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai Client-centered Therapy.
Manusia dalam pandangan
Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai bahwa manusia memiliki dorongan
untuk selalu bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi, kooperatif, konstrukstif
dan memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa perlu mengendalikan
dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi tentang manusia ini berimplikasi dalam
praktek terapi client centered dimana terapis meletakan tanggung jawab proses
terapi pada client, bukan terapis yang memiliki otoritas. Client diposisikan
untuk memiliki kesnggupan-kesangguapan dalam membuat keputusan.
Konstruk
Kepribadian Menurut Carl Rogers
1 Organisme
Organisme yaitu makhluk fisik (physical Creature) dengan semua fungsi-fungsinya, baik fisik maupun psikis, organisme ini
merupakan locus (tempat) semua pengalaman, dan pengalaman ini merupakan
persepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri sendiri,
dan juga di dunia luar (external world). Totalitas pengalaman, baik yang
disadari maupun tidak, membangun medan fenomenal (phenomenal field).
2. Self
Self merupakan konstruk utama dalam Teori
Kepribadian Rogers, yang saat ini dikenal dengan Self
Concept (konsep diri), Roger mengartikannya sebagai presepsi tentang
karakteristik “I” atau “me” dengan orang lain atau berbagai aspek kehidupan,
termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut. Diartikan juga
sebagai keyakinan “keyakinan tentang kenyataan, keunikan dan kualitas tingkah
laku diri sendiri”. Konsep diri merupakan gambaran mental tentang diri sendiri,
seperti “Saya cantik” dan “Saya seorang pelajar yang rajin”.
Hubungan antara self concept dengan organisme (actual experience) terjadi
dalam dua kemungkinan, yaitu “Congruance” atau “Incongruance”. Kedua
kemungkinan hubungan ini menentukan perkembangan kematangan penyesuaian
(adjustment) dan kesehatan mental (mental health) seseorang. Sebagaimana ahli
Humanistik umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep
aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri
dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia.
Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal
dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
Hakikat Manusia
Menurut Roger
1. Hakikat Dasar Manusia
· Manusia pada dasarnya baik dan penuh
dengan kepositifan
· Manusia mempunyai kemampuan untuk
membimbing, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri
· Manusia pada dasarnya aktif, bukan
pasif
· Setiap individu dlm dirinya terdapat
motor penggerak : terbuka pd pengalaman diri, percaya pada diri sendiri
· Manusia berkembang menuju aktualisasi
diri
2. Pribadi yang sehat
· Mempercayai diri sendiri
· Terbuka terhadap pengalaman
· Evaluasi kriteria internal
· Kemauan untuk menjalani proses
· Adanya keselarasan atau kongruensi
antara organisme, ideal self, dan self concept
3. Pribadi yang tidak sehat
· Pribadi tidak sehat adalah pribadi
yang inkongruensi atau tidak kongruen antara ideal self,
self concept, dan organism
· Kesenjangan antara ideal self dan self
concept, jika hal ini terjadi akan menimbulkan khayalan tinggi
· Kesenjangan antara self concept dan
organisme, sehingga dapat menimbulkan perasaan rendah diri (minder)
· Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang
lain, dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
· Tidak terbuka terhadap semua
pengalaman yang mengancam konsep dirinya,
· Tidak mampu menggunakan semua
pengalaman
· Tidak mampu mengembangkan dirinya
kearah aktualisasi diri
Perkembangan
Pendekatan Terhadap Terapi
Pendekatan Rogers terhadap
terapi dan model kepribadian sehat yang dihasilkan,memberikan suatu gambaran
tentang kodrat manusia yang disanjung-sanjung dan optimis. Tema pokoknya adalah
seseorang harus bersandar pada pengalamanya sendiri tentang dunia karena hanya
itulah kenyataan yang diketahui oleh seorang individu.
Carl R. Rogers
mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada
hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi
humanistik yang menggaris bawahi tindakan yang akan dilakukan oleh klien
berikut dunia subjektif dan fenomenalnya.
Perkembangan pendekatan
client-centered disertai peralihan dari penekanan pada teknik terapi kepada
penekanan pada kepribadian, keyakinan dan sikap ahli terapi, serta pada
hubungan terapeutik.
Hart (1970) membagi
perkembangan teori Rogers ke dalam tiga periode :
1.
Psikoterapi non-direktif
(1940-1950)
Psikoterapi non-direktif dikembangkan pada tahun 1940-an
sebagai reaksi melawan konseling psikoanalisis. DalamPsikoterapi ini, peran therapist hanya menunjukkan kondisi permisif penerimaan
(tidak banyak teknik yang digunakan).
Pendekatan ini menekankan pada penciptaan iklim permisif dan
non-interventif.Pada periode ini, ahli terapi secara nyata menghindarkan diri
dari interaksi dengan klien.Ahli terapi berfungsi sebagai penjernih, tetapi
tidak menampilkan kepribadiannya sendiri. Saat ini, terapi client-centered
mengandalkan dorongan pertumbuhan bawaan klien, dimana klien akan mencapai
pemahaman atas dirinya dan situasi kehidupannya.
2. Client Centered
(1950-1961)
Psikoterapi ini berkembang pada tahun 1950an. Psikoterapiini menaruh kepercayaan dan meminta tanggungjawab yang
lebih besar kepada terapist dalam menangani permasalahan
(berpusat pada konseli). merefleksikan perasaan klien, bekerjasama
menyelaraskan self, Pada periode ini, terapi beralih dari penekanan pada
kognitif kepada klarifikasi, yang mengarah pada pemahaman. Ahli terapi terutama
merefleksikan perasan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungan
dengan kliennya.Peran ahli terapi dirumuskan ulang, penekanan diperbesar pada
tanggapan ahli terapi pada perasaan pasien.Ahli terapi merefleksikan perasaan
yang semata-mata menjelaskan komentar-komentar klien.Untuk menunjang reorganisasi
konsep diri klien, ahli terapi bertugas menghilangkan sumber ancaman dari
hubungan terapeutik dan berfungsi sebagai cermin sehingga klien dapat memahami
dunianya sendiri dengan lebih baik, dan mampu mengembangkan keselarasan antara
konsep dirinya saat ini dengan konsep diri yang ideal.Sekalipun demikian, ahli
terapi sebagai pribadi tetap tidak ditampakkan.Teknik utama: refleksi.
3. Person Centered (1961-
sekarang)
Psikoterapi ini berkembang pada tahun 1960an, psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapakan dalam proses terapi tetapi prinsip-prinsipterapi ini dapat diterapkan di
berbagai setting seperti dalam masyarakat. Titik berat : meningkatkan
keterlibatan hubungan personal dengan klien, terapist lebih aktif & terbuka,
lebih memperhatikan pengaruh lingkungan.Terapist lebih mengutamakan sikapnya daripada pengetahuan
dan penguasaan teknik teknik terapi konseling.Terapiperson-centered menitikberatkan
kondisi-kondisi tertentu yang “diperlukan dan memadai” bagi kelangsungan perubahan
kperibadian. Periode ini memperkenalkan unsure-unsur penting dari sikap-sikap
terapis, yakni keselarasan, pandangan dan penerimaan positif, dan pengertian
yang empatik sebagai prasyarat bagi terapi yang efektif. Kemudian, focus
dialihkan dari refleksi terapis atas perasaan-perasaan klien kpeada tindakan
terapis mengungkapkan perasaan-perasaan langsungnya sendiri dalam hubungan
dengan klien. Rumusan yang mutakhir memberikan tempat pada lingkup yang lebih
luas dan keluwesan yang lebih besar dari tingkah laku terapis, mencakup
pengungkapan-pengungkapan atau pendapat-pendapat, perasaan-perasaan dan
sebagainya yang pada periode sebelumnya tidak diharapkan muncul.
Latar Belakang
Person-Centered
Model terapi berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers.
Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik yang
menekankan model fenomenologis. Terapi person-centered mula-mula
dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap terapi psychoanalytic. Didasarkan pada pandangan subjektif terhadap
pengalaman manusia, menekankan sumber daya terapi untuk menjadi sadar diri
self-aware dan untuk pemecahan hambatan ke pertumbuhan pribadi. Model ini
meletakkan klien, bukan terapi, sebagai pusat terapi. Falsafah dan Asumsi Dasar
Model ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia yang melihat orang
memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi untuk berfungsi secara
penuh (becoming fully functioning). Asumsi dasarnya adalah: dalam konteks suatu
hubungan pribadi dengan kepedulian terapist, klien mengalami perasaan yang
sebelumnya ditolak atau disimpangkan dan peningkatan self-awareness.
Konsep-konsep
dasar Terapi Person-Centered
1. Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang
terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat dan
menyesuaikan diri.
2. Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan
tidak pada aspek intelektual.
3. Menekankan pada situasi yang langsung dihadapi
individu, dan tidak pada masa lampau.
4. Menekankan pada hubungan terapeutik sebagai
pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
5. Konsep dasar pandangan tentang manusia
6. Pandangan person centered tentang sifat manusia
konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Rogers menunjukkan
kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia sebagai
tersosialisasi dan bergerak ke muka, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh,
serta sebagai bmemiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam.
Pendek kata, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan
konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian. Maka dengan pandangan ini,
terapi person-centered berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar
dan membuat putusan-putusan
Tujuan Terapi
Person-Centered
Tujuan psikoterapi adalah menyediakan iklim yang aman dan percaya
dalam pengaturan terapi sedemikian sehingga terapist, dengan menggunakan
hubungan terapiiuntuk person-centered, dapat menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan. Terapicenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka,
kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan
menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil
ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi. Terapi ini
diharapakan mampu meningkatan harga diri dan keterbukaan yang lebih besar untuk menangani masalah. Beberapa perubahan terkait bahwa bentuk terapi berusaha
untuk mendorong pada klien termasuk kesepakatan yang lebih erat antara diri
klien ideal dan aktual, lebih baik pemahaman diri; tingkat lebih rendah dari
pembelaan diri, rasa bersalah, dan ketidakamanan; hubungan yang lebih positif
dan nyaman dengan orang lain, dan peningkatan kapasitas untuk mengalami dan
mengekspresikan perasaan pada saat itu terjadi.
Tujuan umum :
§ Meningkatkan derajat independensi
(kemandirian) dan integrasi yang mengarah pada aktualisasi diri,
Tujuan khusus meliputi:
§Memberi kesempatan dan
kebebasan pada individu untuk mengkspresikan perasaaan –perasaannya, berkembang
dan terealisasi potensinya.
§ Membanntu individu untuk makin mampu
berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan lingkungannya dan bukan pada
penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
§ Membantu individu dalam perubahan dan
pertumbuhan.
Peran dan Fungsi
Terapist pada pendekatan Person Centered
Peran Terapist
pada proses terapi adalah :
üTerapis tidak
memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi tetapi itu
dilakukan oleh klien sendiri.
ü Terapis merefleksikan
perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
ü Terapis menerima individu dengan
sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
ü Terapis memberi kebebasan kepada klien
untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
Fungsi Terapis
pada proses Terapi adalah :
Secara garis besar
terapist berfungsi sebagai instrument untuk membantu klien terhadap terciptanya
perubahan perilaku. Adapun sikap terapist sebagai instrument dalam proses
terapi meliputi kongruen/genuine/otentik, penghargaan tanpa syarat (uncounditional
positif regard), dan pemahaman secara empati (empathic understanding)
Kelebihan
pendekatan Person-Centered
1. Pemusatan pada klien dan bukan pada
terapis.
2. Identifikasi dan hubungan terapi
sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3. Lebih menekankan pada sikap terapi
daripada teknik.
4. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian
dan penemuan kuantitatif.
5. Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif
dalam terapi.
6. Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date
dan optimis.
7. Klien memiliki pengalaman positif
dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya.
8. Klien merasa mereka dapat
mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak
dijustifikasi.
Kekurangan
Pekdekatan Person Centered
1. Terapi berpusat pada klien dianggap
terlalu sederhana
2. Terlalu menekankan aspek afektif,
emosional, perasaan
3. Tujuan untuk setiap klien yaitu
memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai
individu.
4. Tidak cukup sistematik dan lengkap
terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
5. Sulit bagi therapist untuk bersifat
netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6. Tetapi menjadi tidak efektif
ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja
tidaklah cukup.
7. Tidak bisa digunakan pada penderita
psikopatology yang parah.
8. Minim teknik untuk membantu klien
memecahkan masalahnya.
SUMBER:
http://janokogalls.blogspot.com/2011/12/person-centered-by-carl-roger.html