Thursday, March 19, 2015

tugas 1: kesehatan mental

Sejarah kesehatan mental
Pada zaman dahulu orang berpendapat bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu timbul usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu tokoh yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Pada masa Pinel dan Tuke, dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita asal Amerika yang juga ikut serta dalam menimbulkan usaha-usaha kemanusiaan. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi penderita penyakit mental. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya A Mind That Found Itself, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
  1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
  2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
  3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
  4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.

William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar Mental Hygiene dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.

Konsep sehat
Pengertian sehat menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) adalah suatu kedaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Menurut Undang Undang Kesehatan N0. 23 tahun 1992 tentang kesehatan : Sehat atau kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Ada 3 komponen penting dalam definisi sehat yaitu sehat jasmani, sehat mental (pikiran, emosional dan spiritual) dan sehat sosial. Sehat sosial mencakup status sosial, kesejahteraan ekonomi dan saling toleransi dan menghargai. Sehat menurut ilmu faal dalam Buku Ilmu Faal Olahraga terbagi dalam 2 tingkatan yaitu ;
  1. Sehat statis : adalah normalnya fungsi alat tubuh saat istirahat.
  2. Sehat dinamis : adalah normalnya fungsi alat tubuh saat olahraga atau sedang bekerja.

Pasien dengan penyakit jantung contohnya, dikategorikan dalam sehat statis karena kondisi sehat hanya pada saat istirahat.

Ada 4 Pola Hidup Sehat yang penting dan tercatat dalam Paradigma Sehat yaitu :
  1. Pola Makan Sehat : Tipe makanan apa yang sehat dan diperlukan oleh tubuh dibahas di newsletter Pola Makan Sehat.
  2. Pola Aktifitas : Olahraga sangat diperlukan untuk memastikan kebugaran jasmani dan akan kita bahas berikutnya.
  3. Pola Pikir : Pikiran positif untuk mendukung hidup sehat
  4. Pola Spiritual


Perbedaan kesehatan mental konsep barat & konsep timur

Perbedaan pandangan mengenai konsep kesehatan mental Barat dan Timur adalah, kesehatan mental di Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik, yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan di Timur kesehatan mental lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh dan saling berkaitansehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.


sumber:
Semium, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kasinius.
Siswanto. (2007). Kesehatan Mental: Kesehatan Mental-Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: ANDI
Ilmu Faal Olahraga. Rosdakarya. Juli 2012.
Kesehatan masyarakat. Fakultas Ilmu Keolahragaan. UN Yogyakarta. 2013

Wednesday, March 18, 2015

artikel 3: tugas perbedaan psikoterapi dan konseling, bentu-bentuk terapi

Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku. Sedangkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli yang biasa disebut dengan konselor atau pembimbing kepada individu yang mengalami masalah, dan bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
adapun perbedaan psikoterapi dan konseling yang lebih terperinci, antara lain: 

Konseling
Psikoterapi
< intensif
> intensif
preventif
Kuratif / reapartif
Fokus : edukasi, vocational, perkembangan
Fokus : remedial
Setting : sekolah, industri, social work,
Setting : rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
Jumlah intervensi <
Jumlah intervensi >
supportive
rekonstructive
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
Penekanan “disfungsi” / masalah berat
Short term
Long term


Pendekatan psikoterapis terhadap Mental Illnes:
  1. BiologicalMeliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat.
  2. PsychologicalMeliputi suatu peristiwa yang efeknya terhadap perfungsian yang buruk, pasca-traumatic, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respons emosional penuh stress yang ditimbulkan
  3. Sosiological: Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial dari gejala dan masalah keluarga.
  4. PhilosophicDalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.


Bentuk-bentuk utama dalam terapi: terapi supportive, terapi reeducative dan terapi reconstructive.
  1. Psikoterapi yang bersifat suportif
  2. Psikoterapi yang bersifat ekspresif: Psikoterapi reedukatif dan Psikoterapi rekonstruktif
  • Terapi supportive (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) yaitu suatu pengobatan yang diarahkan untuk menjaga integritas fisiologis atau fungsional pasien sampai pengobatan yang lebih definitif dapat dilaksanakan, atau sampai daya penyembuhan pasien berfungsi untuk meniadakan kebutuhan perawatan lebih lanjut. Terapi ini menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien, mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu, memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik serta untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi. 
Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:

  1. Ventilasi atau (psiko-) kataris
  2. Persuasi atau bujukan (persuasion)
  3. Sugesti
  4. Penjaminan kembali ( reassurance)
  5. Bimbingan dan penyuluhan
  6. Terapi kerja
  7. Hipno-terapi dan narkoterapi
  8. Psikoterapi kelompok 
  • Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll. Sasaran pada terapi reedukatif adalah menemukan pertumbuhan diri melalui penyesuaian kembali atau Perubahan perilaku sementara terapi rekonstuktif terpusat pada reorganisasi kepribadian.Tujuan dari terapi ini membangkitkan pengertian pada penderita tentang konflik-konflik jiwa yang dikandungnya, yang terutama terletak dalam alam sadarnya.


Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut:
  1. Terapi hubungan antar manusia
  2. Terapi sikap
  3. Terapi wawancara
  4. Analisa dan sinthesa yang distributif
  5. Konseling terapetik
  6. Terapi case work
  7. Reconditioning
  8. Terapi kelompok yang reedukatif
  9. Terapi somatik
  • Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik. Menyelami alam tidak sadar melalui teknik seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transferensi Tujuan terapi ini adalah perombakan radikal daripada corak kepribadian hingga tak hanya tercapai suatu penyesuaian diri yang lebih efisien, akan tetapi juga suatu maturasi daripada perkembangan emosional dengan dilahirkannya potensi adaptif baru.
Cara-cara psikoterapi rekonstruktif adalah:
  1. Psikoanalisa Freud
  2. Psikoanalisa non Freudian
  3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalisa

sumber: 

Djohan.  (2006). Terapi musik, teori dan aplikasiPenerbit galangpress yogyakarta

http://indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13988/pengantr-fix.doc diunduh pada 19/03/2015
unarsa, Singgih. 2007. Konseling dan Terapi. PT BPK Gunung Mulia: Jakarta
Mcleod, John. 2010. Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus.Kencana : Jakarta


artikel 2: perbedaan psikoterapi dan konseling

Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku. Sedangkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli yang biasa disebut dengan konselor atau pembimbing kepada individu yang mengalami masalah, dan bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
adapun perbedaan psikoterapi dan konseling yang lebih terperinci, antara lain: 

Konseling

Psikoterapi
< intensif
> intensif
preventif
Kuratif / reapartif
Fokus : edukasi, vocational, perkembangan
Fokus : remedial
Setting : sekolah, industri, social work,
Setting : rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
Jumlah intervensi <
Jumlah intervensi >
supportive
rekonstructive
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
Penekanan “disfungsi” / masalah berat
Short term
Long term


Pendekatan psikoterapis terhadap Mental Illnes:
  1. Biological: Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat.
  2. Psychological: Meliputi suatu peristiwa yang efeknya terhadap perfungsian yang buruk, pasca-traumatic, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respons emosional penuh stress yang ditimbulkan
  3. Sosiological: Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial dari gejala dan masalah keluarga.
  4. Philosophic: Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

Bentuk-Bentuk Terapi
  1. Terapi Psikoanalisis: teknik ini menekaknkan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id, serta teknik yang dilakukan dengan cara menggali permasalahan atau pengalaman dimasa lalu dan dorongan yg tidak disadari.
  2. Terapi Humanistik: Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesungguhnya
  3. Person Centered Therapy (Rogers) : teknik nya terpusat pada pribadi dengan memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan nyaman.
  4. Logoterapi (Frankl): bentuk penyembuhan melalui penemuan-penemuan makna dan pengembangan makna hidup, lebih dikenal dengan therapy through meaning.
  5. Analisis Transaksional (Berne): Teknik Analisis Transaksional dilakukan bahwa setiap transaksi dianalisis, klien nampaknya menggelakkan tanggung jawab yang diarahkan untuk mau menerima tanggung jawab pada dirinya sehingga klien dapat menyeimbangkan Egogramnya serta melakukan intsrospeksi terhadap "games" yang dijalaninya. 
  6. Rational Emotive Therapy (Ellis): tekniknya dengan melakukan disputing intervention (meragukan/ membantah) terhadap keyakinan dan pemikiran yang tidak rasional pada agar berubah pada keyakinan , pemikiran dan falsafah rasional yang baru , sehingga lahir perangkat perasaan yang baru, dengan demikian kita tidak akan merasa tertekan, melainkan kita akan merasakan segala sesuatu sesuai dengan situasi yang ada. 
  7. Terapi perilaku (Behavior Therapy): Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu
  8. Terapi kelompok (Group Therapy) dan Terapi keluarga (Family Therapy): Teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa.

sumber:


http://indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13988/pengantr-fix.doc diunduh pada 19/03/2015
unarsa, Singgih. 2007. Konseling dan Terapi. PT BPK Gunung Mulia: Jakarta
Mcleod, John. 2010. Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus.Kencana : Jakarta

Artikel 1: Psikoterapi

Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.

Orang yang melakukan psikoterapi disebut Psikoterapis (Psychotherapist). Seorang psikoterapis bisa dari kalangan dokter, psikolog atau orang dari latar belakang apa saja yang mendalami ilmu psikologi dan mampu melakukan psikoterapi. Umumnya psikoterapi dianjurkan bila seseorang bergulat dengan kehidupan, masalah hubungan atau kerja atau masalah kesehatan mental tertentu, dan isu-isu atau masalah yang menyebabkan banyak individu yang besar rasa sakit atau marah selama lebih dari beberapa hari.

Jadi, Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien.

Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:
  1. Dari segi proses :  berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi.
  2. Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.
  3. Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.
 Tujuan dari psikoterapi, antara lain:
  1. Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
  2. Mengatasi pola perilaku yang terganggu.
  3. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
  4. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
  5. Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional.
  6. Mengembangkan potensi klien.
  7. Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.
  8. Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).
  9. Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.
  10. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.
  11. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.
  12. Membantu penyembuhan penyakit fisik.
  13. Meningkatkan kesadaran diri.
  14. Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.
  15. Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.

Unsur dari psikoterapi, antara lain:
  1. Terapis: Orang yang melakukan serangkaian terapi untuk membantu penyembuhan klien
  2. Klien: Seseorang atau sekelompok orang yang akan melakukan serangkaian terapi untuk penyembuhan.
  3. Proses: Proses pelaksaan terapi nya yang dilakukan terapis kepada klien jadi disini ada proses interaksi nya


sumber:

Corsini, Raymond. Wedding, Dany. 2010. Current Psychotherapies. Cengage Learning: California